Rabu, 24 Juni 2015

Indonesia Pada Masa Penjajahan Belanda



BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Indonesia adalah sebuah negara strategis di kawasan asia tenggara yang terletak diantara dua samudera yaitu samudera hindia dan samudera Pasifik. Dihimpit oleh dua benua juga yaitu Benua Asia dan Benua Australia, hal ini lah yang menyebabka bangsa Indonesia banyak dikunjungi oleh pedagang dari Eropa pada masa lampau. Karena banyaknya pedangang dari Eropa yang berdagang di Indonesia, Indonesia menjadi negara jajahan oleh bangsa Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda, dari keempat bangsa tersebut,bangsa yang paling lama menjajah Indonesia adalah bangsa Belanda yaitu selama 350 tahun, selama Belanda menjajah Indonesia, mereka menciptakan sistem perekonomian untuk menjalankan roda perekonomian di Indonesia.

2.      Rumusan Masalah
·                                 Bagaimana sejarah kedatangan belanda ke Indonesia?
·                                 Bagaimana keadaan Indonesia pada masa kolonialisme VOC?
·                                 Apa kebijakan yang di terapkan oleh kolonial belanda kepada Indonesia?
·                                 Bagaimana Berakhirnya Penjajahan Kolonial Hindia Belanda di Indonesia?

3.      Tujuan
·                                             Untuk mengetahui sejarah kedatangan belanda ke Indonesia
·                                             Untuk mengetahui keadaan Indonesia pada masa colonialisme VOC
·                                             Untuk mengetahui kebijakan yang di terapkan oleh kolonial belanda
·                                             Untuk mengetahui berakhirnya penjajahan Kolonial Hindia Belanda di Indonesia





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah kedatangan Belanda ke Indonesia
Sebelum datang,  ke Indonesia, para pedagang Belanda membeli rempah-rempah di lisabon (ibu kota portugis). Pada waktu itu belanda masih berada dalam di bawah penjajahan spanyol. Mulai tahun 1585, belanda tidak lagi mengambil rempah-rempah dari lisabon karena portugis di kuasai oleh spanyol. Dengan putusnya perdagangan rempah-rempah antara belanda dan spanyol, mendorong bangsa belanda utuk mengadakan penjelajahan samudra.
Belanda mendarat di indonesia, tepatnya di pelabuhan banten pada 1596 di bawah pimpinan cornelis de hutman, dengan tujuan untuk mendapatkan rempah-rempah. Sebelumnya, belanda hanya merupakan pedagang perantara yang memilih rempah-rempah di lisabon, portugis untuk di jual kembali. Tahun 1585 pada perang 80 tahun portugis di kuasai oleh spanyol, yang mengakibatkan belanda tidak dapat membeli rempah-rempah di portugis.
Pada 1599, belanda meneruskan pelayarannya hingga ke Maluku. Penduduk Maluku menerima dengan baik kedatangan belanda, selain karena menunjukan kalimat yang baik,  juga di anggap segabai musuh dari orang-orang portugis yang tidak di sukai oleh penduduk Maluku. Pada 1600, armada belada pergi ke negrinya dengan membawa rempah-rempah yang banyak. Keberhasilan inilah yang menjadikan kongsi-kongsi dagang di belanda berbondong-bondong datang ke Indonesia.
Akibatnya, Indonesia di penuhi para pedagang dari belanda. Diantara kongsi dagang belanda sendiri terjadi persaingan. Selain itu, persaingan juga terjadi dengan inggris, spanyol dan portugis. Akibatnya mereka tidak mendapatkan keuntungan dan merugi
B.     Kolonialisme pada masa VOC
Terjadinya persaingan tidak sehat di antara sesama pedagang ternyata menimbulkan kerugian yang besar. Untuk mengatasi ini, maka pada tahun 1602 di dirikanlah verrenigde Oost Indische Compagnie (VOC) atau persekutuan Dagang Hindia Timur. Yang di sahkan oleh staten General, yakni republik kesatuan tujuh provinsi berdasarkan suatu piagam yang memberikan hak eksklusif kepada perseroan untuk berdagang, berlayar, memonopoli perdagangan, dan memegang kekuasaan. Badan ini selain untuk melindungi para pedagang Belanda juga untuk menghadapi persaingan dengan para pedagang Inggris yang tergabung dalam East India Company (EIC). VOC mempunyai hak-hak khusus (Octrooi)[1] seperti monopoli untuk berdagang di wilayah antara Amerika dan Afrika, membentuk angkatan perang sendiri, mengadakan peperangan, mendirikan benteng bahkan menjajah. VOC juga berhak mengangkat pegawai sendiri dan mempunyai mata uang sendiri, melakukan pungutan pajak, mengadakan perjanjian sedangkan kewajiban VOC adalah bertanggungjawab kepada Staten General, dan pada waktu perang harus membantu pemerintah dengan uang dan angkatan perang. VOC membuka kantor cabangnya di beberapa tempat di negeri belanda dan banten pada tahun 1603di bawah pimpinan Francois Wittert, oleh karena sikap tegas Mangkubumi Banten, maka kantor pusat VOC di hindia Timur dipindahkan ke Jayakarta pada tahun 1611. Tempat ini nantinya di bangun oleh Jan Pieterszoen Coen dan di ganti namanya menjadi Batavia.
Tujuan di bentuknya VOC adalah sebagai berikut:[2]
1.      Menghindari persaingan yang tidak sehat antar sesama pedagang belanda
2.      Memperkuat posisi belanda dalam menghadapi persaingan, baik dengan sesama bangsa eropa maupun dengan bangsa-bangsa asia.
3.      Mendapatkan monopoli perdagangan baik impor maupun ekspor.
4.      Membantu pemerintah belanda yang sedang berjuang menghadapi spanyol yang menguasainya.
Dengan di berikannya hak-hak istimewa  VOC bukan saja sebagai kongsi dagang, tetapi juga merupakan pemerintahan semi resmi. Pada 1605, VOC di bawah pimpinan Steven Van derhaagen berhasil merebut benteng portugis di banten. Untuk memperkuat kedudukannya, Konflik antara banten dengan belanda semakin tajam dan akhirnya VOC mengangkat seorang pimpinan yang berpangkat gubernur jenderal. Gubernur jenderal yang pertama adalah Pieter Both. Sekitar tahun 1630, belanda telah mencapai banyak kemajuan dalam meletakan dasar-dasar militer untuk mendapatkan hegemoni perdagangan atas perniagaan laut Indonesia. Mereka berkuasa di ambon, di pusat kepulauan penghasilan rempah-rempah.[3]
Dalam perkembanganya, ambon di nilai tidak strategis lagi. Perhatian VOC di tujukan ke jayakarta, kota pelabuhan kerajaan banten. Di bawah pimpinan gubernur general Jan PieterZoon Coen (J.P.Coen) tahun 1619), VOC berhasil merebut jaya karta sebagai markas besar VOC. JP Coen kemudian mengganti nama jayakarta dengan Batavia sesuai dengan nama salah satu di negeri belanda yakni suku Batavia, selanjutnya,Batavia di jadikan markas besar VOC sebagai tempat kedudukan gubernur general dan menjadi pangkalan imperialisme belanda di Indonesia.
Dengan berdirinya kota Batavia sebagai markas besar VOC maka kedudukan voc semakin kuat. VOC terus mengadakan perluasan wilayah kekuasaannya. Untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya melalui perdagangan, VOC melaksanakan sistem monopoli. Praktik monopoli dan pelayaran hongi seperti tersebut yang kemudain menimbulkan kebencian di kalangan rakyat. Rakyat yang hidup tertekan  dan tertindas akhirnya melakukan perlawanan terhadap VOC
Menjelang abad ke 18 VOC mengalami kebangkrutan yang di tandai dengan memburuknya kondisi keuangan VOC dan menumpuknya utang VOC. Korupsi merupakan sebab utama kebangkrutan itu. Hal itu di perparah oleh utang peperangan VOC dengan rakyat Indonesia dan inggris dalam memperebutkan kekuasaan di bidang perdagangan yang semakin menumpuk. Sebab lainnya adalah kemerosotan moral di antara penguasa akibat sistem monopoli perdagangan. Keserakahan VOC membuat  penguasa setempat tidak sungguh-sungguh membantu voc dalam memonopoli perdagagan. Akibatnya, hasil panen rempah-rempah yang masuk ke VOC jauh dari jumlah yang di harapkan hal utama lainnya adalah ketidak cakapan para pegawai VOC dalam mengendalikan monopoli. Akibatnya, Verplichte leveraties (penyerahan wajib) dan preanger stelsel (aturan periangan) tidak berjalan semestinya. Persoalan internal yang berlarut-larut dalam tubuh VOC dan anggaran VOC yang menyedot uang Negara membuat pemerintah republic bataaf mencabut hak octroi izin usaha VOC, dan 31 desember 1799 VOC pun di bubarkan.
C.    Terbentuknya pemerintahan colonial hindia belanda
Dengan di bubarkannya VOC maka mulai terjadi perubahan politik pemerintahan di Indonesia. Kepulauan Indonesia yang di kuasai VOC, berganti di perintah dan di jajah oleh pemerintah belanda. Untuk menjalankan, pemerintahan di Indonesia di angkatlah seorang gubernur jenderal. Gubernur jenderal itu berkuasa di Indonesia atas nama pemerintah di negri belanda. Dengan di angkatnya gubernur jenderal di Indonesia terbentuklah pemerintahan kolonial belanda di Indonesia.
1.      Pemerintahan DaenDels ( 1808-1811)
Untuk menjalankan kepemerintahan di Indonesia, di angkatlah gubernur jenderal daendels. Daendels tiba di Indonesia pada 1 januari 1808. Daendels kemudian mengadakan banyak tindakan. Salah satu tindakan daendels yang terkenal adalah dalam bidang sosial ekonomi. Beberapa tindakan itu, antara lain sebagai berikut[4]:
a.    Meningkatkan usaha pemasukan uang dengan cara pemungutan pajak.
b.   Meningkatkan penanaman tanaman yang hasilnya laku di pasaran dunia.
c.    Rakyat  masih di haruskan melaksanakan penyerahan wajib hasil pertaniannya
d.   Untuk menambah pemasukan dana, juga telah di lakukan penjualan tanah-tanah kepada pihak swasta
e.    Membangun jalan anyer panarukan, jawa barat
Beberapa tindakan daendels telah menyebabkan kesengsaraan rakyat. Kesewenang-wenangan daendels dan penderitaan rakyat itu telah menimbulkan protes dan perlawanan rakyat. Tindakan sewenang-wenang rakyat itu segera di dengar pemerintahan di negeri belanda. Daendels akhirnya di panggil pulang ke belanda.
2.      Kepemerintahan Wilem Janssen(1811)
Sebagai pengganti daendels di kirimlah jan willem janssen. Ia mulai menjabat gubernur jenderal hindia belanda di jawa tahun 1811. Ia kemudian memperbaiki keadaan yang di tinggalkan daendels. Namun, daerah kepulangan Maluku sudah berhasil di rebut oleh inggris, bahkan, secara defakto daerah kekuasaan hindia belanda di masa janssen tingggal daerah tertentu, misalnya jawa, makasar dan Palembang. Inggris terus mendesak kekuatan belanda Indonesia. Akhirnya, belanda menyerah di tumpang, salatiga. Penyerahan janssen kepada inggris secara resmi melalui kaputali tuntang yang di tandatangani pada 18 september 1811.
D.    Pelaksanaan Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda II
Pada 1814 telah di adakan konvensi londen berdasarkan konvensi itu, ingris harus mengembalikan daerah kekuasannya di Indonesia kepada pihak belanda. Jhon fendell pun secara resmi pada 1816 menyerahkan Indonesia kembali kepada belanda. Dengan demikian, Indonesia kembali berada di bawah kekuasaan belanda. Setelah kembali ketangan belanda, Indonesia di pimpin oleh tiga orang komisaris jenderal, yaitu Elout, Van der Capellen, dan Buyskas. Sementara itu, kondisi perekonomian belanda sedang merosot.
Pada 1829, seorang tokoh bernama Johans van den bosh mengajukan kepada raja belanda usulan-usulan yang berkaitan dengan cara-cara melaksanakan politik kolonial belanda di indonsia. Usulan-usulan itu, antara lain bagaiman menghasilkan lebih banyak produk-produk tanaman yang dapat di jual di pasaran dunia. Sesuai dengan keadaan di negeri jajahan maka penanaman di lakukan dengan paksa. Konsep yang di usulkan van den bosh itulah yang kemudian di kenal dengan culture stelsel (tanam paksa)..
a.       Tanam paksa
Sistem tanam paksa adalah kebijakan gubernur jenderal van den bosh yang mewajibkan para petani jawa untuk menanam tanaman-tanaman yang dapat di ekspor ke pasaran dunia. Jenis tanaman itu antara lain, kopi, tebu, tembakau, nila. Ciri utama dari sistem tanam paksa adalah mewajibkan rakyat di jawa untuk membayar pajak dalam bentuk barang dengan hasil-hasil pertanian yang mereka tanam. Ketentuan-ketentuan tanam paksa itu seperti termuat dalam staatblat (lembaran Negara) tahun 1834, no 22 ketentuan nitu sebagai berikut:[5]
1.      Berdasarkan persetujaun, penduduk menyediakan sebagian dari tanahnya utnuk menanam tanaman yang hasilnya dapat di jual di pasaran dunia.
2.      Tanah pertanian yang disediakan penduduk untuk tujuan tanam paksa tidak boleh melebihi seperlima dari tanah pertanian yang di miliki penduduk desa.
3.      Waktu dan pekerjaan yang di perlukan utntuk menanam tanaman dagangan atau tanaman ekspor tidak boleh melebihi pekerjaan yang diperlukan untuk menanam padi.
4.      Tanah yang di sediakan utnuk tanaman dagangan di bebaskan dari bayaran pajak tanah.
5.      Hasil tanaman dagangan itu wajib di serahkan kepada pemerintah hindia belanda
6.      Jika harga atau nilai hasil tanaman dagangan yang di taksir melebihi pajak tanah yang harus di bayarkan rakyat maka di taksir kelabihannya akan di kembalikan kepada rakyat.
7.      Penduduk desa bekerja di tanah-tanah untuk pelaksanaan tanam paksa itu di bawah pengawasan langsung oleh para penguasa pribumi, sedang pegawai-pegawai eropa melakukan pengawasan secara umum.
b.      Pelaksanaan tanam paksa
Dalam pelaksanaannya, ternyata tanam paksa sangat memberatkan rakyat Indonesia. Menurut ketentuan penjualan tanah petani kepada pemerintah untuk di tanami tanaman perdagangan atau ekspor, berdasarkan persetujuan dan kerelaan dari rakyat. Ternyata, seluruh pelaksanan sistem tanam paksa di dasarkan atas unsur paksaan. Para petani harus menyewakan tanah tanpa kompromi dan bahkan di pilih tanah-tanah yang subur. Luas tanah yang di pakai tanam paksa ternyata tidak hanya seperlima, tetapi mencapai sepertiga bahkan kadang-kadang mencapai separuh dari luas tanah yang di miliki.
Waktu dan pekerjaan yang di perlukan untuk menanam tanaman ekspor, menurut ketentuan tidak melebihi waktu dan pekerjaan untuk menanam padi, tetapi kenyataanya petani justru di paksa bekerja lebih konsentrassi pada tanam paksa. Akibatnya, sawah dan ladang para petani jadi terbengkalai. Tanah-tanah yang di pakai untuk tanam paksa ternyata masih di kenai pajak bersama dengan tanah yang tidak di gunakan untuk tanam paksa. Menurut ketentuan, jika hasil tanaman ekspor di taksir ternyata nilai harganya lebih dari target maka kelebihan itu akan di kembalikan kepada petani, ternyata petani tidak pernah menerima kelebihan itu. Hal itu terjadi, terutama karena kekurangan dari pegawai pemerintah, atau bupati dan kepala desa yang menaksir hasil tanaman itu jauh lebih dari rengah tanam paksa, padahal menurut taksiran umum mestinya dapat lebih. Dalam hal ini yang mendapat keuntugan bukan petani, tetapi para petugas atau pegawai. Kemudian, kerusakan tanaman dan kegagalan panen ternyata di bebankan kepada rakyat.
Oleh karena pelaksanaan yang sangat memberatkan rakyat indonsia. Timbulah bahaya kelaparan di berbagai daerah. Bagi belanda, pelaksanaan tanam paksa telah mendatangkan keuntungan yang berlipat ganda. Daritahun 1831-1877 perbendaharaan kerajaan belanda mencapai 832 juta golden, hutang-hutang lama VOC dapat di lunasi, kubu-kubu pertahanan, terusan-terusan, dan jalan-jalan kereta api di bangun.
E.     Berakhirnya Penjajahan Kolonial Hindia Belanda di Indonesia
Tanggal 28 Februari 1942, Tentara ke 16 di bawah pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura mendarat di tiga tempat di Jawa Banten, Eretan Wetan dan Kragan- dan segera menggempur pertahanan tentara Belanda. Pada 8 Maret 1942, Imamura memberikan ultimatum kepada Belanda, bahwa apabila tidak menyerah, maka tentara Jepang akan menghancurkan seluruh tentara Belanda dan sekutunya. Tanggal 9 1942 Maret Belanda telah melepaskan segala hak dan legitimasinya atas wilayah dan penduduk yang dikuasainya. Dengan demikian, tanggal 9 Maret 1942 bukan hanya merupakan tanggal menyerahnya Belanda kepada Jepang, melainkan juga merupakan hari dan tanggal berakhirnya penjajahan Belanda di bumi Nusantara, karena ketika Belanda kembali ke Indonesia setelah tahun 1945, bangsa Indonesia telah merdeka.[6]
BAB III
KESIMPULAN

1.      Sejarah kedatangan belanda ke Indonesia
Sebelum datang,  ke Indonesia, para pedagang Belanda membeli rempah-rempah di lisabon (ibu kota portugis). Pada waktu itu belanda masih berada dalam di bawah penjajahan spanyol. Mulai tahun 1585, belanda tidak lagi mengambil rempah-rempah dari lisabon karena portugis di kuasai oleh spanyol
2.      Keadaaan Indonesia Pada Masa Kolonialisme Belanda
Pada 1605, VOC di bawah pimpinan Steven Van derhaagen berhasil merebut benteng portugis di banten. Untuk memperkuat kedudukannya, Konflik antara banten dengan belanda semakin tajam.
3.      Kebijakan Yang di Terapkan oleh Kolonial Belanda
Kebijakan daendels, diantaranya sebagai berikut:
a.                                           Meningkatkan usaha pemasukan uang dengan cara pemungutan pajak.
b.   Meningkatkan penanaman tanaman yang hasilnya laku di pasaran dunia.
4.      Berakhirnya Penjajahan Hindia Belanda Di Belanda
tanggal 9 Maret 1942 bukan hanya merupakan tanggal menyerahnya Belanda kepada Jepang, melainkan juga merupakan hari dan tanggal berakhirnya penjajahan Belanda di bumi Nusantara, karena ketika Belanda kembali ke Indonesia setelah tahun 1945, bangsa Indonesia telah merdeka


[1] Nina H. Lubis, Banten dalam pergumulan Sejarah, Jakarta, Pustaka LP3ES Indonesia, 2003. Hal. 44
[2] Dra, Atty Srie. S, Ilmu Pengetahuan Sosial, HUP, Bandung, 2011. Hal. 26
[3] M.C. RICKLEFS, Sejarah Indonesia Modern, SERAMBI, Jakarta, 2008. Hal. 123
[4] Dra, Atty Srie. S, Ilmu Pengetahuan Sosial, HUP, Bandung, 2011. Hal. 28
[5] Ibid. Hal 29
[6] http://batarahutagalung.blogspot.com/2012/03/9-maret-2012-70-tahun-berakhir.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar